Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sarana dan prasarana yang mendukung misalnya transportasi. Transportasi merupakan unsur yang penting dan berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik, dan mobilitas penduduk yang tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai bidang dan sektor tersebut.
Transportasi merupakan salah satu unsur yang penting dalam mendukung kegiatan dan perputaran roda pembangunan nasional khususnya kegiatan dalam bidang perekonomian seperti kegiatan perdagangan dan kegiatan industri. Kawasan kota merupakan tempat kegiatan penduduk dengan segala aktivitasnya. Sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung aktivitas kota. Menurut Bintoro (1989), kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis. Jadi kota merupakan tempat bermukim warga kota, tempat bekerja, tempat hidup, dan tempat rekreasi, karena itu kelangsungan dan kelestarian kota harus didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai.
Perkembangan jaringan jalan raya, peningkatan kondisi ekonomi masyarakat, dan tingginya persaingan untuk menguasai lahan di pusat kota menyebabkan perpindahan penduduk ke kawasan pinggiran kota. Perkembangan perumahan di daerah pinggiran dengan pola menyebar menyebabkan sulitnya memenuhi kebutuhan pelayanan angkutan kota serta sarana dan prasarana perkotaan lainnya. Hal ini mendorong penggunaan kendaraan pribadi secara berlebihan dan berkembangnya moda angkutan kota berkapasitas kecil, merupakan suatu bentuk penyesuaian terhadap permintaan yang ada (Riyanto, 1998).
Ditinjau dari aspek pergerakan penduduk, kecenderungan bertambahnya penduduk perkotaan yang tinggi menyebabkan makin banyaknya jumlah pergerakan baik di dalam maupun ke luar kota. Hal ini memberi konsekuensi logis yaitu perlu adanya keseimbangan antara sarana dan prasarana khususnya di bidang angkutan. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang mobilitas penduduk dalam melaksanakan aktivitasnya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pelayanan jasa angkutan ini yaitu dengan penyediaan pelayanan angkutan kota. Mengingat bahwa pelayanan angkutan kota merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi terutama untuk kota-kota besar dengan kepadatan penduduk yang tinggi.
Perencanaan trayek dengan penataan rute yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti kemacetan. Kebutuhan terhadap sarana transportasi yaitu angkutan yang cepat, murah, aman, dan nyaman juga makin berkembang. Menurut Ananta (1993) bahwa permintaan tenaga kerja merupakan sebuah daftar berbagai alternatif kombinasi tenaga kerja dengan input lainnya yang tersedia dan berhubungan dengan tingkat gaji.
Peran angkutan kota sangat besar dalam menunjang mobilitas warga Kota Makassar untuk melakukan aktivitasnya. Kebutuhan angkutan kota penduduk didalam wilayah Kota Makassar dilayani oleh angkutan kota jenis mobil penumpang (pete-pete). Dalam upaya memberikan pelayanan kepada pengguna jasa angkutan kota, saat ini telah dioperasikan pelayanan angkutan kota, yang terbagi dalam 17 trayek rute dimana pada semua rute menjadikan pusat kota sebagai tujuan akhir, karena kawasan pusat kota merupakan pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran.
Angkutan kota, menurut Setijowarno dan Frazila (2001), merupakan angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil penumpang umum yang terikat pada trayek tetap dan teratur. Angkutan kota mengangkut penumpang dalam jumlah banyak dalam satu kali perjalanan, sehingga tujuan utama keberadaan angkutan kota adalah memberikan pelayanan angkutan yang aman, cepat, murah, dan nyaman bagi masyarakat.
Angkutan kota bisa di katakan cukup berkembang, karena kebanyakan penduduk memerlukan angkutan kota untuk bekerja, berbelanja, berwisata, maupun untuk memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi lainnya. Kepadatan penduduk di dalam suatu kota mempengaruhi permintaan angkutan kota, karena kawasan berkepadatan tinggi secara ekonomis dapat dilayani oleh angkutan kota. Disamping itu kawasan dengan kepadatan penduduk rendah cenderung ditempati oleh kelompok masyarakat berpenghasilan menengah dan tinggi biasanya lebih memilih menggunakan taksi. Angkutan kota di Kota Makassar jumlahnya tidak tetap karena ada yang masuk bengkel dan ada juga yang pergi ke daerah.
Angkutan kota menyerap banyak tenaga kerja di dalamnya. Ada yang sebagai pemilik, sopir asli, dan sopir pengganti, sehingga 80% dalam 1 angkutan kota di bawah oleh 3 atau 4 orang yang bergantian setiap hari. Penyerapan tenaga kerja pada angkutan kota bertujuan untuk mensejahterakan penduduk utamanya yang bekerja pada angkutan kota, karena dengan adanya angkutan kota maka kebutuhan sopir beserta keluarganya dapat terpenuhi dengan baik.
TABEL 1.1
Penyerapan Tenaga Kerja Jasa Angkutan KotaPete - Pete
Periode 1996-2010 (Dalam Jiwa)
TAHUN | JUMLAH | PERTUMBUHAN |
1996 | 3590 | 1,52% |
1997 | 3985 | 1,69% |
1998 | 4518 | 1,92% |
1999 | 6078 | 2,58% |
2000 | 7225 | 3,06% |
2001 | 9293 | 3,94% |
2002 | 12000 | 5,09% |
2003 | 12339 | 5,23% |
2004 | 14256 | 6,04% |
2005 | 16452 | 6,98% |
2006 | 17175 | 7,28% |
2007 | 26385 | 11,19% |
2008 | 30435 | 12,90% |
2009 | 31550 | 13,38% |
2010 | 40565 | 17,20% |
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar, Tahun 2011
Jumlah angkutan kota di Kota Makassar sesuai trayek pada tahun 1996-2010 sekitar 4113, sehingga penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota ikut meningkat dengan begitu permintaan masyarakat akan jasa angkutan kota kian menunjukkan peningkatan.
Bertitik tolak dari kondisi tersebut di atas maka menarik untuk diteliti mengenai “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Jasa Angkutan KotaDi Kota Makassar Periode 1996-2010 (Studi Kasus Pada Angkutan Kota Pete-Pete)”.
0 comments:
Post a Comment