Thursday, February 14, 2013

Studi Kebiasaan Makanan Beberapa Jenis Ikan Penting Menurut Indeks Dominan Dan Biomassa Di Padang Lamun Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan (IKN-5)

Indonesia memiliki wilayah laut yang cukup luas, dengan potensi sumberdaya melimpah, menempatkan sektor perikanan menjadi bidang berprospek cerah untuk dikembangkan secara professional. Pembangunan perikanan termasuk budidaya laut perlu dikembangkan, demikian halnya infrastruktur pendukung serta kualitas sumberdaya manusianya yang senantiasa harus ditingkatkan agar potensi sumberdaya perikanan yang dimaksud dapat dimanfaatkan dengan tepat dan ditunjang oleh kelestarian daya dukungnya. Pembangunan perikanan juga ditujukan untuk terwujudnya industri perikanan mandiri melalui usaha yang mantap dalam pengelolaan, penangkapan, budidaya laut, pengolahan, dan pemasaran sesuai dengan potensi lestari sekaligus inventarisasi sumberdaya alam sebagai keunggulan kompetitif yang komparatif (Haeruman, 2000).
Wilayah pesisir dan laut Sulawesi Selatan terbentang sepanjang 1979,97 km garis pantai dengan luas perairan laut diperkirakan tidak kurang dari 48.000 km2, yang mencakup kawasan laut, yakni selat Makassar, laut Flores, dan teluk Bone serta hamparan pulau-pulau kecil dan kawasan kepulauan Spermonde dan kawasan kepulauan Takabonerate. Sumberdaya yang dikandungnya sangat beragam, seperti sumberdaya hayati (berbagai jenis ikan, crustacea, molusca, karang, lamun, rumput laut, mangrove) dan non hayati (pasir putih, tambang, mineral dan lain-lain) (Haeruman, 2000).

Salah satu ekosistem yang cukup luas di lingkungan perairan laut dangkal adalah padang lamun. Disamping mempunyai produktivitas biologis yang tinggi dari padang lamun, kekayaan ikan juga terkonsentrasi di padang lamun. Padang lamun memiliki distribusi cukup luas pada daerah tropik, lingkungan ini salah satu tempat yang disukai sebagai tempat berlindung, ruang hidup dan tempat mencari makan bagi beranekaragam jenis biota termasuk ikan (Haeruman, 2000).
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal (Wood et al, 1969).Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai akar rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat (Tomlinson, 1974). Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae).
Ada sekitar 50 jenis lamun yang ditemukan di dunia yang tumbuh pada perairan laut dangkal yang berdasar lumpur atau pasir. Lamun ini terdiri dari dua suku (famili) yaitu suku Potamogetonacea (9 marga, 35 jenis) dan suku Hydrochoraticea (3 marga, 15 jenis) (Den Hartog 1970; Phillips & Menez 1988). Dari 50 jenis lamun tersebut, ada 12 jenis yang telah ditemukan di Indonesia yaitu Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, Halophila spinulosa, Halophila minor, Halophila decipiens, Halodule pinifolia, Halodule uninervis. Thalasso Dendron ciliatum, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Satu spesies lagi yang baru ditemukan di kepulauan Spermonde yaitu Halophilia sulawesi. Spesies yang paling sering ditemukan di perairan indonesia yaitu jenis spesies Thalassia dan Enhalus (Den Hartog, 1970).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan (Nagelkerken et al, 2000) melaporkan bahwa beberapa spesies ikan menggunakan daerah lamun dan mangrove sebagai daerah asuhan tempat membesarkan juvenile (nursery ground). Kelimpahan dan kekayaan jenis (species richness) tertinggi ditemukan di daerah padang lamun dan daerah berlumpur yang sekelilingnya ditumbuhi oleh vegetasi mangrove.
Banyak studi telah dilakukan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif tentang padang lamun di beberapa daerah di penjuru dunia, khususnya di daerah pulau yang berada di wilayah Indonesia sendiri. Penelitian semacam ini masih sangat minim.
Masyarakat yang berada di sekitar Kepulauan Kapoposang Sebagian besar merupakan suku Bugis, yang cukup menyadari akan arti pentingnya lingkungan hidup. Indikasi hal tersebut, terlihat dengan masih utuhnya karang-karang di Kepulauan Kapoposang dan larangan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak oleh pemuka agama setempat. Bulan-bulan yang berbahaya untuk melakukan pelayaran di Kepulauan Kapoposang adalah pada bulan Desember sampai dengan Januari setiap tahunnya, dimana masyarakat setempat menamakan bulan tersebut sebagai bulan “janda”.
Daerah lamun Pulau Kapoposang cukup baik, karena selain penduduknya yang kurang, daerah padang lamunnya masih dijaga dengan baik oleh masyarakat di daerah tersebut, sehingga ikan–ikan yang tinggal maupun yang mencari makan akan sangat mudah mendapatkan makanan dan ikan- ikannya pun dapat hidup dengan tenang.
Keberadaan ikan-ikan tersebut perlu dijaga kelestariannya, terutama jenis-jenis ikan penting yang hidup di daerah padang lamun. Selain menjaga kelestariannya juga perlu adanya pengelolaan salah satunya informasi mengenai aspek biologi beberapa jenis ikan penting ini, terutama dalam hal kebiasaan makanan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

0 comments:

Post a Comment